Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

jangan merasa pede / cukup dengan ilmumu !

Jangan Merasa Pede dan Merasa Cukup dengan Ilmumu Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Suatu musibah yang besar adalah ketika seorang insan merasa ridha dengan keadaan dirinya dan merasa cukup dengan ilmunya, dan ini adalah ujian yang telah merata pada keadaan mayoritas orang. Maka engkau bisa lihat hal ini pada orang-orang yahudi atau nashara yang memandang bahwa mereka adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, mereka tidak mau menelaah, tidak juga mau melihat kepada dalil nubuwah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Jika mereka diperdengarkan dengan sesuatu yang bisa melembutkan hatinya semisal Al Quran yang mulia, mereka pun lari menghindar supaya tidak mendengarnya. Demikian juga kepada orang yang telah memiliki hawa nafsu yang kuat, bisa berupa karena dia seorang yang mengikuti mazhab bapaknya dan keluarganya, atau bisa berupa adanya pendapat pribadi yang dia anggap benar, tanpa melihat dalil lain yang bisa membantahnya dan tidak mau melihat bahasan ulama yang sesungguhnya akan memberikan kepadanya pencerahan akan kesalahannya." (Shayyidul Khathir-Ibnul Jauzi, hal. 374) ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja Sedikitnya Thalabul Ilmi yang Istiqamah Abu Daud ath Thayalisi rahimahullah bercerita, "Pada suatu hari aku berada di pintu rumahnya Syubah dan tak jauh di sana terlihat ada sebuah masjid yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang belajar. Ketika Syubah keluar rumah, beliau pun bersandar kepadaku dan berkata, "Wahai Sulaiman apakah menurutmu semua anak-anak yang sedang belajar itu kelak akan menjadi seorang muhaddits (ahlu hadits)?" Aku menjawab, "Tidak." Maka Syubah berkata, "Engkau benar, bahkan tidak sampai lima orang." Aku langsung menimpali, "Lima?!" Syubah menegaskan, "Ya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar mereka malah meninggalkannya, salah seorang dari mereka belajar di waktu kecil, tapi ketika sudah besar, mereka malah tersibukkan dengan sesuatu yang merusak." Beliau mengulang-ulang kata itu kepadaku. Aku (Abu Daud ath Thayalisi) berkata, "Aku pun memperhatikan keadaan setelah itu dan ternyata benar, tidaklah mencapai lima orang dari mereka yang menjadi muhaddits." (Disadur dari Al Hatsu ala Hifzhil Hadits-Khathib al Baghdadi, dinukil dari Al Jami fil Hatsi ala Hifzhil Ilmi, hal. 66, Maktabah Ibni Taimiyyah 1991). WaSedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu Efek Negatif ketika Thalabul Ilmi tidak Bertujuan untuk Beramal Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Seorang yang berakal adalah seorang yang tidak menyibukkan diri dengan thalabul ilmi . kecuali dengan maksud untuk mengamalkannya, karena barang siapa yang melakukan thalabul ilmi untuk sesuatu yang lain dari maksud yang telah kami sifatkan (yakni mengamalkan ilmu), niscaya akan bertambahlah kesombongan dan kecongkakkannya serta dia akan menjadi orang yang meninggalkan amal dan menyia-nyiakan dirinya (untuk beramal)." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 20, cet. Darul Istiqamah 2010). 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr Tidak Menyebarkan Ilmu, Maka Ilmu itu tidaklah Bermanfaat Ibnu Hibban rahimahullahu berkata, "Tidaklah aku melihat seorangpun yang bakhil terhadap ilmunya, melainkan akan berakibat tidak bermanfaat ilmunya sebagaimana tidak bermanfaatnya sebuah air yang tergenang di bumi selama tidak dimanfaatkan. Tidaklah akan ada emas merah selama emas itu tidak dikeluarkan dari tempat pertambangannya, tidak akan pula ada sebuah mutiara yang bernilai mahal selama mutiara itu tidak dikeluarkan dari dalam lautan, demikian juga akan al ilmu, tidaklah bermanfaat ilmu itu selama ilmu tersebut didiamkan dan tidak disebarkan atau dibagikan faidahnya." (Raudhatul Uqala-Ibnu Hibban, dinukil dari Al Muntaqa min Kitabi Raudhatil Uqala wa Nuzhatil Fudhala, hal. 21, cet. Darul Istiqamah 2010). ➖➖➖ 💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) ➖➖➖ 💾 Arsip lama di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja #ilmu
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

nasihat syaikh rabi' kepada ikhwah indonesia terkait fitnah sha'afiqah

ARAHAN DAN BIMBINGAN SANG AYAH AL-'ALLAMAH RABI' BIN HADI AL-MADKHALI UNTUK ANAK-ANAKNYA DI INDONESIA بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد : Kami (yang tertera namanya di bawah ini) bersyukur telah mendapatkan kehormatan untuk bertemu dengan Syaikh (guru) dan Ayah kami al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah di rumah beliau yang diliputi dengan nuansa ilmu di Kota Madinah. Pertemuan itu terjadi di waktu Isya' pada hari Kamis, 13 Jumadal Akhirah 1439 H / 1 Maret 2018 M. Asy-Syaikh Rabi', sebagaimana kebiasaan baik beliau yang telah diketahui bersama, menanyakan kepada kami tentang kondisi dan perkembangan Dakwah Salafiyyah di negeri kami (Indonesia). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan atas perhatian beliau yang sangat besar terhadap anak-anaknya Salafiyyin di seluruh dunia. Kemudian beliau mempersilakan kepada kami untuk menyampaikan beberapa pertanyaan. Maka kami pun menyampaikan beberapa pertanyaan, antara lain sebagai berikut : Nasihat Syaikh Rabi' bin Hadi Kepada Ikhwah Indonesia Terkait Fitnah Sha'afiqah via Pexels Pertanyaan : Wahai Syaikh kami, sebagian da’i di negeri kami (Indonesia) berbicara tentang apa yang mereka sebut dengan "ash-Sha'afiqah" di majelis-majelis (forum) umum, yakni fitnah yang terjadi belakangan ini, wahai Syaikh. Sebagian mereka menerjemahkan dan menyebarkan artikel-artikel yang berisi celaan terhadap para masyaikh yang mereka juluki sebagai "ash-Sha'afiqah". Bagaimana nasehat Anda? Apakah Anda memandang bahwa hal ini dapat berpengaruh terhadap ash-Shulh dan merusaknya? Kemudian apakah boleh bagi kami untuk membela para masyaikh tersebut, seperti asy-Syaikh Arafat, asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq, dan para masyaikh lainnya? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Sampaikan salamku kepada mereka. Katakan kepada mereka, bahwa pihak yang kalian katakan sebagai Sha'afiqah itu sebenarnya mereka adalah para masyaikh, orang-orang yang berkiprah dalam dakwah, orang-orang mulia, dan para pembela as-Sunnah! Mereka telah terzhalimi! Sampaikan kepada mereka, bahwa pihak yang dituduh sebagai ash-Sha'afiqah itu telah terzhalimi. Katakan pula kepada mereka, mana bukti-bukti kalian atas tuduhan bahwa mereka (pihak yang dituduh itu) adalah Sha'afiqah! ash-Sha'afiqah artinya orang-orang bodoh dan dungu. ... Tunjukkan bukti-bukti kalian! Hendaknya mereka (pihak yang menuduh/mencela itu) bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ini (pembicaraan dan celaan terhadap Sha'afiqah) berpengaruh negatif terhadap ash-Shulh dan merusaknya. Ini adalah kezhaliman! Mereka (yang dituduh/dicela) itu adalah pihak yang terzhalimi. Aku benar-benar mengenal mereka - barakallahu fik -, realitas pun menunjukkan siapa mereka itu. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar doktoral dan gelar magister. Di antara mereka ada yang mendapatkan gelar-gelar akademis, dan mereka semua adalah para asatidzah. Maka tuduhan terhadap mereka sebagai ash-Sha'afiqah termasuk kezhaliman! dan pihak yang menuduh dalam hal ini tidak memiliki bukti sekecil apapun atas celaannya terhadap mereka. Sha’afiqah maknanya berarti orang-orang jahil!! (Tuduhan) Ini adalah kezhaliman yang sangat besar. Ya, silakan kalian membela mereka (masyayikh tersebut) dengan cara hikmah. Katakanlah kepada mereka, "Datangkanlah bukti-bukti!". Allah berfirman (artinya), "Katakanlah, datangkan bukti-bukti kalian jika kalian orang-orang yang jujur." Orang yang mencela mereka, tidak memiliki satu bukti pun. Barakallahu fikum. Orang yang mencela mereka itu, aku telah berdiskusi dengannya dan aku telah membaca ucapannya, namun ternyata dia tidak mempunyai bukti apapun walaupun hanya sebesar biji sawi (dzarrah). Sungguh mereka yang dicela itu telah terzhalimi. Para ulama telah memberikan rekomendasi (mentazkiyah) mereka. Demikian pula tazkiyyahku terhadap mereka pun .telah tersebar. Aku juga telah meminta kepada Khalid Baqais, pemilik website Miratsul Anbiya, agar menyiarkan durus (pelajaran-pelajaran) mereka. Barakallahu fikum. Kemudian asy-Syaikh Rabi’ mengatakan, Metodeku dalam membantah para pengekor hawa nafsu dan ahli bid’ah adalah dengan cara menukil perkataan. Aku katakan, “Si Fulan (lawan/rival, yakni pihak yang dibantah, pen) berkata dalam kitab dengan judul ini, pada juz/jilid sekian, halaman sekian.” Kemudian aku singkap kebatilan/kesalahan orang itu dan aku bantah. Jadi aku menukilnya secara persis, kemudian aku bantah berdasarkan argumentasi dan bukti. - selesai jawaban asy-Syaikh Rabi’ – Kemudian kami sampaikan berita gembira kepada Syaikh (Guru) kami tentang Daurah yang akan datang, yakni di musim panas tahun ini biidznillah. Dalam daurah tersebut insyaallah sebagai pemateri adalah : - asy-Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri, - asy-Syaikh Arafat al-Muhammadi, - asy-Syaikh Abdul Wahid al-Madkhali, dan - asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali. Pertanyaan : Apa yang Anda nasehatkan kepada ikhwah Indonesia wahai Syaikh kami? Apakah boleh kami mengambil faidah ilmu dari para masyaikh tersebut? Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menjawab: "Aku nasehatkan mereka untuk berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah, serta menyambut dan memuliakan para masyaikh tersebut. Barakallah fikum."  ~~~~~~~~~~~~~~~ Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Syaikh (guru) kami atas nasehat-nasehat bermanfaat yang beliau sampaikan. Hadir di majelis : • Muhammad bin Umar as-Sewed al-Indunisi • Qomar Su'aidi al-Indunisi • Muhammad bin Mushlih al-Andunisi • dan sejumlah ikhwah Indonesia lainnya. Hadir pula dalam majelis salah seorang cucu asy-Syaikh Rabi' ======================================= Keterangan : naskah di atas telah ditunjukkan kembali kepada Asy-Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi 'Umair al-Madkhali hafizhahullah, maka beliau pun membacanya dan memberikan catatan (koreksian) atasnya. Kemudian beliau pun mengizinkan untuk disebarkan (dipublikasikan). Hal ini terjadi pada Isya hari Ahad, 29 Rajab 1439 H (15 April 2018 M) Dengan dihadiri oleh : 1. al-Ustadz Umar bin asy-Syaikh Rabi' al-Madkhali, 2. asy-Syaikh Abdul Mu'thi ar-Ruhaili, 3. Usamah bin Faishal Mahri, 4. Abul Harits Muhammad bin Mushlih Muhdi, dan beberapa ikhwah lainnya BACA :  Apa Itu Sha'afiqah? Penjelasan Syaikh Rabi' Tentang Fitnah Sha'afiqah + AUDIO
7 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kata mutiara salaf : jaga langkahmu !

JAGA LANGKAHMU Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah . mengatakan tentang wasiat Ali bin Hasan as-Salami, 📝 "Hendaknya engkau sedikit berbicara ➡️ niscaya lembut hatimu 📝 hendaknya engkau memperlama diam ➡️ itulah sikap wara' (menjauhkan diri dari perkara yang membahayakan akhirat seseorang-pent) 📝 Jangan sekali-kali engkau tamak terhadap dunia 📝 Jangan engkau hasad (tidak suka dengan nikmat pada orang lain) ➡️ niscaya engkau cepat memahami (berbagai permasalahan) 📝 Jangan engkau banyak mencela ➡️ niscaya engkau selamat dari lisan-lisan manusia 📝 jadilah engkau penyayang ➡️ niscaya engkau dicintai manusia 📝 Ridhalah engkau dengan rezeki yang dibagikan kepadamu ➡️ niscaya engkau menjadi kaya 📝 Bertawakallah kepada Allah ➡️ niscaya engkau menjadi kuat 📝 Jangan engkau bersengketa dengan ahlud dunya (orang-orang yang mementingkan dunia)  memperebutkan dunia mereka ➡️ niscaya Allah dan penduduk bumi akan mencintaimu 📝 Jadilah engkau tawadhu' (rendah hati) ➡️ niscaya engkau bisa  menyempurnakan berbagai amalan kebaikan." 📚 Hilyatul Auliya' (8/82) t.me/majalahqonitah تنقيح المجلة: ✍ ﻗﺎﻝ الإمام ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ تعالى : ۞ ﻓﻴﻤﺎ ﺃﻭﺻﻰ ﺑﻪ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺴﻠﻤﻲ : ↢ ﻋﻠﻴﻚ ﺑﻘﻠﺔ ﺍﻟﻜﻼﻡ : ﻳﻠﻴﻦ ﻗﻠﺒﻚ. ↢ ﻭﻋﻠﻴﻚ ﺑﻄﻮﻝ ﺍﻟﺼﻤﺖ : ﺗﻤﻠﻚ ﺍﻟﻮﺭﻉ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻮﻧﻦ ﺣﺮﻳﺼﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﺣﺎﺳﺪﺍً : ﺗﻜﻦ ﺳﺮﻳﻊ ﺍﻟﻔﻬﻢ. ↢ وﻻ ﺗﻜﻦ ﻃَﻌَّﺎﻧﺎً : ﺗﻨْﺞ ﻣﻦ ﺃﻟﺴُﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وﻛﻦ ﺭﺣﻴﻤﺎً : ﺗﻜﻦ ﻣﺤﺒّﺒﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ. ↢ وارﺽَ ﺑﻤﺎ ﻗﺴﻢ ﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺯﻕ : ﺗﻜﻦ ﻏﻨﻴﺎً. ↢ ﻭﺗﻮﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ : ﺗﻜﻦ ﻗﻮﻳﺎً. ↢ وﻻ ﺗﻨﺎﺯﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻲ ﺩﻧﻴﺎﻫﻢ : ﻳﺤﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻳﺤﺒﻚ ﺃﻫﻞ اﻷﺭﺽ. ↢ وﻛﻦ ﻣﺘﻮﺍﺿﻌﺎً : ﺗﺴﺘﻜﻤﻞ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺒﺮ .  [ حلية الأولياء  (٨٢/٨ ) ] Jangan Lupakan Kalbumu Ketika Beribadah Ragamu  Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, "Menyibukkan diri menyucikan kalbu lebih utama daripada memperbanyak puasa dan shalat yang dibarengi dengan berkhianatnya hati...! Tidaklah kebanyakan amalan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau itu dengan banyaknya puasa dan shalat namun dengan kebaktian kalbu, penyuciannya, keselamatannya, dan kuatnya ketergantungannya kepada Allah Ta'ala." 📚 Lathà-iful Ma'àrif 254, 427 💎 Sebagian salaf mengatakan,  ما سبقكم أبو بكر بكثرة صوم ولا صلاة ولكن بشيء وقر في قلبه "Abu Bakr radhiyallahu 'anhu tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa dan shalat, namun dengan apa yang menetap di kalbunya." Ibnul Qayyim rahimahullah menyandarkan ucapan ini pada Abu Bakr bin 'Ayyasy rahimahullah. t.me/majalahqonitah ☁️❄️☁️ 📍 قال الحافظ ابن رجب رحمه الله :  👈🏼 *( ‏الاشتغال بتطهير القلوب أفضل من الاستكثار من الصوم و الصلاة مع غشِّ القلوب ...!* *لم يكن أكثر تطوّع النبي ﷺ وأصحابه بكثرة الصوم والصلاة ؛ بل ببِرِّ القلوب وطهارتها ، وسلامتها ، وقوة تعلُّقها بالله ! )* . ‏📒 لطائف المعارف : (٤٢٧_ ٢٥٤)
7 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

semangat mendidik anak dengan pendidikan islam

Mari Bersemangat Mendidik Anak dengan Pendidikan Islam Semenjak Kecil! Asy-Syaikh Abdul Azìz bin Abdillàh bin Bàz رحمه الله Pertanyaan: Syaikh yang mulia, banyak keluarga meremehkan urusan (pendidikan) anak-anak mereka karena mereka sejatinya masih kecil. Kemudian nantinya para orangtua sulit (mendidik) mereka ketika sudah besar. Mohon arahannya. Jawaban: . Perkara ini termasuk musibah yang besar, bermudah-mudahan, meremehkan pendidikan anak termasuk musibah besar. Kewajiban ayah, ibu, dan para ikhwah adalah tidak bermudah-mudah dalam masalah pendidikan, bahkan mereka harus bersungguh-sungguh mengarahkan anak-anak dan para pemuda untuk menegakkan shalat dan seluruh bentuk kebaikan, memperingatkan mereka dari perkara yang diharamkan Allah seperti memaki,  mencaci, durhaka, dan selainnya berupa kekejian-kekejian, merokok, minum minuman keras, dan berbagai kemungkaran lainnya. Termasuk perkara yang paling urgen, bahkan perkara yang paling penting sesudah dua kalimat syahadat, adalah shalat. Mereka harus membiasakan anak-anak mereka menegakkan shalat dan memukul anak yang meninggalkan shalat apabila sudah berusia 10 tahun atau lebih. Ini adalah yang wajib bagi para ayah, ibu, dan ikhwah yang lebih tua terhadap anak-anak kecil. Ini termasuk bentuk ta'awun (saling menolong) dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah Subhanahu berfirman, {وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ  "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar." (At-Taubah 71) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaknya ia merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu, dengan lisannya, apabila tidak mampu, dengan hatinya, dan itu adalah keimanan yang paling lemah (buahnya (1))." Seorang ayah diperintahkan  untuk memberikan pendidikan adab kepada anak-anaknya dengan  memukul apabila anak sudah mencapai 10 tahun atau lebih, supaya mereka bisa istiqamah dan shalat (wajib) berjama'ah bersama orang-orang. Penanya: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, Syaikh yang mulia, semoga Ia memberkahi Anda atas arahan bagus yang penuh barakah ini." t.me/majalahqonitah Sumber: https://beta.binbaz.org.sa/fatwas/21407 (1) Syarh Shahih Muslim 49 semangat-mendidik-anak-secara-islami via Pexels NASEHAT INDAH SEORANG ULAMA DIDALAM MENDIDIK ANAK DIMASA GLOBALISASI  Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله Wahai sekalian manusia ketahuilah bahwa keadaan pada masa ini berbeda dengan keadaan masa lalu. Dahulu mereka tidak mengetahui keadaan negeri lain dan tidak pula mengetahui peristiwa yang terjadi kecuali dinegri mereka dan sekitarnya saja. Adapun pada zaman ini dunia seakan saling berdekatan dan dunia ini sebagaimana dikatakan seakan-akan seperti hanya satu desa saja. Tanggung jawab terbesar pada saat sekarang ini adalah terletak pada anak-anak. Bimbinglah mereka dan jagalah mereka dari bahaya berbagai pemikiran-pemikiran yang sesat, jagalah mereka agar tidak sebebasnya pergi ketempat-tempat hiburan atau ketempat-tempat lain, jagalah mereka jangan sampai mereka dikendalikan oleh pihak lain selain kalian, janganlah kalian mengamanahkan mereka kecuali kepada orang yang kalian ketahui kejujuran, keamanahan serta keikhlasannya. Walaupun anak-anak tersebut tinggal dekat dengan kalian tapi hati-hati mereka dan pemikiran mereka terkadang jauh dari kalian. . . Awasilah segala bentuk media sosial baik itu twiter dan selainnya. . . jauhkan segala bentuk media-media yang merusak. . Semangatlah didalam menjaga rumah anda dari segala bentuk media sosial yang bisa merusak Jangan katakan : Saya tidak mampu mengawasi mereka. . Berusahalah untuk mampu dikarenakan mereka berada dibawah tanggung jawab kalian. . Kalau mereka (anak-anak tersebut) mengetahui dari diri anda adanya sebuah tekad dan kemauan yang besar niscaya pasti mereka akan terdidik bersama anda Namun jika mereka mengetahui adanya sikap bergampang-gampangan dari anda atau menutup mata (dari semua ini) maka mereka juga pasti akan bermudah-mudahan dan akan terdidik dalam jalan kejelekan kecuali siapa yang Allah rahmati. Jagalah anak-anak kalian lebih dari penjagaan seorang pengembala terhadap serigala yang akan menerkam domba-domba mereka, dikarenakan anak-anak kalian juga terancam keselamatannya dari serigala yang berwujud manusia Jika niat kalian baik dan kalian jujur didalam tekad kalian maka pasti Allah akan menolong anda Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ “Dan orang-orang beriman dan anak keturunan merekapun beriman maka pasti kami akan mempertemukan mereka dengan anak keturunan mereka (di surga) dan kami tidak akan mengurangi sedikitpun dari amalan mereka, setiap orang akan mendapatkan apa yang dia usahakan”. [Ath Thur :21] Ketahuilah tanggung jawab ini besar dan hisab (perhitungan amalan) sangatlah detail dan terperinci dan mengikuti bimbingan sangatlah berat kecuali siapa yang Allah beri taufik dan dia jujur didalam niatnya dan baik keadaan hatinya, maka Allah akan meluruskan dan memudahkan dia didalam mendidik anak-anaknya dan anak-anak tersebut akan mudah diarahkan jika ada kejujuran, keamanahan serta tekad yang kuat dan tidak ada sikap bermudah-mudahan. Sumber: http://safeshare.tv/w/WZFmXWdoai Alih bahasa: Syabab Forum Salafy Sumber : http://forumsalafy.net/nasehat-indah-seorang-ulama-didalam-mendidik-anak-dimasa-globalisasi-ini/
7 tahun yang lalu
baca 5 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan wanita tinggal di rumah

Keutamaan Wanita Tetap Tinggal di Rumah Hati-Hatilah Wahai Saudariku Tersayang, dari Ucapan Aku Terkungkung! Asy-Syaikh Ibn 'Utsaimin rahimahullah . mengatakan, Wanita yang mengatakan bahwa tinggalnya kaum wanita di rumahnya adalah penjara, saya katakan: Dia menentang firman Allah Ta'ala, ☟ وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ "Dan tinggallah di rumah kalian." (Al-Ahzab: 33) Bagaimana kita bisa mengganggap apa yang diperintahkan Allah sebagai penjara?  Namun, rumah memang penjara bagi wanita yang menginginkan: • untuk kehilangan rasa malu atau • bercampur dengan para pria. 🌷Karena kebahagiaan tinggal di rumah adalah kebahagiaan yang sesungguhnya; • Tinggal di rumah menunjukkan rasa malu. • Tinggal di rumah adalah sikap terpuji, • Tinggal di rumah menjauhkan wanita dari fitnah (cobaan yang menimpa agamanya) • Tinggal di rumah menjauhkan wanita dari keluar bercampur baur dengan kaum pria. 🚫 Karena jika wanita itu keluar dan melihat para pria ini, (ia akan melihat berbagai hal dan berpikir); • Ini adalah pemuda yang tampan, • Ini pria dewasa yang menawan • Pria ini memakai pakaian yang indah, • Dan pemikiran lain semisalnya, yang menunjukkan ia terfitnah/ terpikat oleh pria, sebagaimana kaum pria terpesona oleh wanita. Jadi para wanita harus bertakwa kepada Allah dan kembali kepada apa yang difirmankan oleh Rabb dan Pencipta mereka, kembali kepada apa yang disabdakan utusan Rabb semesta alam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka dan kepada selain mereka.  Hendaknya mereka meyakini bahwa  mereka akan berjumpa dengan Allah 'Azza wa Jalla. Mereka akan ditanya, { مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ} "Apa jawaban kalian terhadap para rasul?" (Al-Qashash: 65); Dalam keadaan mereka tidak tahu kapan akan bertemu dengan Allah taala; • Bisa jadi di pagi hari seorang wanita berada di rumahnya dan istananya namun di sore hari ia berada di dalam kuburnya, • Atau di sore hari dia di rumahnya dan paginya sudah ada di dalam kuburnya." (Fatàwa Nùr 'alàd-Darb Kaset No. 371) Baca : WANITA SHALAT DI RUMAH DG WANITA SHALAT DI MASJIDIL HARAM, MANA YANG LEBIH UTAMA?  t.me/majalahqonitah t.me/fatawinissa ٠❞  #إحذري_أخية_من_قول ❝٠ ☟‏  🚫 ☚  ❁  🌸 أنا مسجونة 🌸 ❁  ⚈ قال الشيخ #ابن_عثيمين - رحمه الله -: ☚ « إن #المرأة التي تقول  إن بقاء المرأة في بيتها  سجن أقول : ☚ إنها معترضة على قول الله تعالى :☟‏ (وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ) ☚ كيف نجعل ما أمر الله به سجناً ؟ لكنه سجنٌ على من تُريد  •التبذل  •والالتحاق بالرجال ،  وإلا فإن سرور البقاء في البيت هو السرور •وهو #الحياء ،  •وهو #الحشمة ،  •وهو البعد عن #الفتنة ،  •وهو البعد عن #خروج المرأة للرجال لأن المرأة إذا خرجت #ورأت هؤلاء الرجال  •هذا #شاب جميل ،  •وهذا #كهل جميل ،  •وهذا لابس #ثيابا جميلة ، وما أشبه ذلك تفتتن #بالرجال ، كما أن الرجال يفتتنون بالنساء . ☚ فعلى النساء أن يتقين الله وأن يرجعن إلى ما قال ربهن وخالقهن ، وإلى ما قاله رسول رب العالمين إليهن وإلى غيرهن ، وليعلمن أنهن سيلاقين الله عز وجل ، وسيسألهن ماذا أجبتم المرسلين ، وهن لا يدرين متى يلاقين الله ، •قد تصبح المرأة في بيتها وقصرها وتمسي في قبرها ،  •أو تمسى في بيتها وتصبح في قبرها ، ألا فليتقِ الله هؤلاء النسوة.» ⚈ ( فتاوى #نور_على_الدرب/شريط رقم٣٧١) https://t.me/fatawinissa TINGGAL DI RUMAH LEBIH UTAMA ATAU PERGI KE MASJID-MASJID BAGI PARA WANITA? Fadhilatus Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i رحمه اللّٰه تعالى. Pertanyaan: Apabila seorang wanita tinggal di rumahnya dan memilih tetap di rumahnya sehingga tidak keluar sekalipun ke masjid apakah dia lebih baik atau wanita yang menuntut ilmu dan keluar ke masjid-masjid? Jawaban: Wanita yang tetap di rumahnya dan belajar di rumahnya lebih baik; karena Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Jangan kalian halangi hamba wanita Alloh ke masjid-masjid Alloh, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”. Ghoroh Al-Asyrithoh (2/481-482) Audio dapat didengar di: http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=557 Wanita tetap tinggal di rumah via Pexels RAHASIA KENAPA KEBANYAKAN PARA WANITA SEKARANG TIDAK BETAH TINGGAL DI RUMAH Asy-Syaikh Abul Harits Ibrahim at-Tamimy hafizhahullah berkata: “Siapa yang memperhatikan firman Allah Ta’ala kepada para wanita yang beriman: ﻭَﻗَﺮْﻥَ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒَﺮَّﺟْﻦَ ﺗَﺒَﺮُّﺝَ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ. “Dan hendaklah kalian (para wanita) tetap berada di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian bernampilan seperti wanita jahiliyah yang terdahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33) Dan firman-Nya: ﻭَﺍﺫْﻛُﺮْﻥَ ﻣَﺎ ﻳُﺘْﻠَﻰٰ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ. “Dan ingatlah oleh kalian (para wanita) apa yang dibacakan di rumah-rumah kalian berupa ayat-ayat Allah dan al-hikmah (Sunnah Nabi).” (QS. Al-Ahzab: 34) Dia akan mengetahui sebab ketidakbetahan yang dirasakan oleh para wanita di zaman kita untuk tinggal di rumah. Rumah-rumah dahulu dipenuhi dengan dzikir, al-Qur’an, dan ilmu, sedangkan kebanyakan rumah-rumah di zaman kita penuh dengan nyanyian, sinetron, dan hal-hal yang melalaikan. Jadi rumah-rumah dahulu membuahkan kebahagiaan dan ketenangan yang membuat senang untuk tinggal di dalamnya, sedangkan rumah-rumah sekarang membuahkan kesengsaraan, penderitaan, kesempitan yang mendorong untuk keluar darinya.” Sumber : https://twitter.com/alsalafy/status/810550171281084416 http://forumsalafy.net/rahasia-kenapa-kebanyakan-para-wanita-sekarang-tidak-betah-tinggal-di-rumah/
7 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kartu kuning untuk pemberi kartu kuning presiden jokowi

Kartu Kuning untuk Sang Pemberi Kartu Kuning Priiit... Bersamaan dengan sempritan peluit , seorang anak muda berbatik merah mengangkat tangannya ke atas sambil mengacungkan sebuah buku berwarna kuning ke arah orang nomor satu di negeri ini, luar biasa..! Aksi berani yang dilakukan oleh ketua Badan Eksekutif Mahasiswa sebuah kampus ternama di Depok itu memang sengaja diperbuat sebagai gambaran atas pemberian kartu kuning kepada sang presiden, karena beliau yang baru menjabat kurang lebih tiga tahunan itu dinilai telah kurang di dalam mengurusi beberapa poin permasalahan yang mereka tuntut penyelesaiannya. Aksi pemberian kartu kuning di hari Jum'at lalu (2/2/2018) oleh ketua BEM kampus yang beralmamater kuning ini pun sontak menjadi viral di jagat maya, ada yang memuji dan ada juga yang mengkritisi, akan tetapi bagaimanakah syariat islam memandang hal ini? Islam sebagai agama yang sempurna tentu telah mempunyai garis-garis yang jelas dalam hal ini. Di dalam ajaran syariat islam yang mulia, hubungan antara rakyat dengan penguasanya telah dimaktubkan indah di dalam Al Quranul Karim, "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُم" Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” (An Nisa: 59) Ayat di atas membimbing kita yang berpredikat sebagai seorang rakyat untuk selalu mendengar dan taat kepada penguasa atau pemerintah yang sah, dan memang begitulah kehidupan, ada penguasa yang memimpin dan ada rakyat yang mau dipimpin. Lalu bagaimana jika seorang rakyat menemui penguasanya kurang bagus dalam kinerjanya atau semena-mena dalam tindakannya? Jawabannya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ" Artinya: Barang siapa yang melihat dari penguasanya sesuatu yang tidak dia sukai, maka hendaknya bersabar! Karena barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah walaupun sejengkal, maka dia mati dalam keadaan mati jahiliah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits di atas tegas mengarahkan kita untuk sabar. Ya, sabar dan tetap menjadi seorang rakyat yang tetap taat. Sebagai seorang manusia tentu akan menyadari bahwa tabiat dari seorang insan mesti punya banyak kekurangan dan kesalahan, terlebih seorang pemimpin dari sebuah negeri! Jika kita saja dalam memimpin sebuah organisasi semisal karang taruna atau memimpin sebuah rumah tangga saja pasti mendapati banyak kesulitan dan kekurangan, apatah lagi memimpin suatu negara luas terbentang yang terdiri dari puluhan -bahkan- ratusan pulau? Sungguh tak terbayangkan bagaimana rumit dan peliknya beban yang dipikul. Akan tetapi apakah kita akan diam dengan berbagai kesalahan dan kekurangan para penguasa? Tentu tidak! Kita wajib mengingkarinya, tapi lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing, sabdanya, "مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ" Artinya: "Barang siapa ingin menasihati seorang penguasa maka janganlah dia menasehatinya dengan cara terang-terangan, akan tetapi hendaknya dia ambil tangan penguasa tersebut dan cara senyap menyepi. Jika dia (penguasa itu) menerima nasihat, maka itulah (yang diinginkan) namun jika dia tidak menerimanya maka yang menasihati telah melaksanakan kewajibannya.”(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Imam Al Albani). Gambar hanya ilustrasi Maka jelaslah, jika sebuah nasehat atau aspirasi yang ingin disampaikan kepada penguasa itu dilakukan di depan umum tentu hal ini akan menjatuhkan dan membuat malu sang penguasa, apalagi dengan cara melakukan aksi menyemprit dan memberikan kartu kuning di depan umum, tentu ini lebih melecehkan dan menghinakan, pehatikan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam ini, "مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللّه" Artinya: "Barangsiapa yang menghinakan pemimpin Allah (penguasa negeri) di bumi, niscaya Allah akan hinakan dia". (H.R Tirmidzi dan dihasankan oleh Imam Al Albany). Oleh karenanya, hati-hatilah dalam bertindak, jangan sampai kita yang berstatus sebagai seorang rakyat mendapat kartu kuning dari syariat yang mulia ini karena kebodohan dan kelancangan dalam bertindak. Semoga kita semua diberikan hidayah oleh Allah, dan semoga para pemimpin kita juga diberikan hidayah serta penjagaan dari kejelekan-kejelekan, amin. Wa Sedikit Faidah Saja (SFS) Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja
8 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

"aku ingin menikah, tapi aku masih miskin..."

Sampai Kapan Men-jomblo? . Hidup belum mapan karena tempat tinggal masih di kontrakan, penghasilan pun pas-pasan, jangankan tabungan, kadang rezeki yang datang mesti dialokasikan untuk lunasi hutang. Inilah suatu gambaran lumrah dari sebuah kenyataan seorang bujang. Ingin hati melepas lajang, tapi apa daya anggapan masih serba kurang terus saja menyerang pikiran. Ikhwati rahimakumullah, jika engkau ingin menikah dan kekhawatiran di atas kian menghadang, mari kita dengar firman Allah yang Maha Kaya, 《إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ》 Artinya: "Sesungguhnya Allah memberi rezeki bagi siapa saja yang Allah kehendaki tanpa hisab (batas).”  (QS. Ali Imran: 37). Ingat, kemapanan bukanlah kemauan utama seorang wanita yang shalihah, akan tetapi keshalihanlah yang terpenting. Lelaki shalih dan jantan adalah lelaki yang mengorientasikan nikahnya untuk ibadah dan menjaga kehormatan, karena dia yakin dengan amalan inilah dia akan ditolong oleh Allah, berdasar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 《ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ: اَلْمُكَـاتَبُ الَّذِي يُرِيْدُ اْلأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيْدُ الْعَفَافَ، وَالْمُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.》 Artinya: “Tiga golongan yang sudah semestinya akan ditolong oleh Allah, (1) seorang budak yang mencicil tebusan agar dirinya bisa bebas, (2) seorang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan, dan (3) seorang yang berjihad fi sabilillah.” (HR. Tirmidzy, hadits dihasankan oleh Imam al Albani). Seorang lelaki yang sudah ingin menikah semestinya meletakkan syarat mapan dan cukup itu menjadi nomor yang kesekian, yang terpenting hendaknya dia menjadi lelaki jantan yang mau mencari nafkah dan mau sabar di dalam menjalankan. Syariat ini telah menetapkan bahwa setiap hasil kerja yang di dapat, ketika diberikan kepada istri dan keluarganya dalam keadaan ikhlas karena Allah, niscaya hal itu akan bernilai menjadi sebuah pahala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 《إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ》 Artinya: "Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan sebuah nafkah yang ditujukan karena mengharapkan wajah Allah (ikhlash), melainkan akan diberi ganjaran (pahala) kepadamu, sampai pun makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari). Wahai para bujang, tunggu apa lagi? Sampai kapan men-jomblo? Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, «: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ» الْحَدِيثَ Artinya: "Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah hendaknya ia menikah, karena dengan itu akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan." (HR. Bukhari dan Muslim). Wa Sedikit Faidah Saja (SFS)  Arsip lama terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr @SedikitFaidahSaja JANGAN TAKUT MENIKAH KARENA TAKUT GAK MAKAN Asy Syeikh Bin Baaz rohimahullah: (فالمال أمره سهل، إذا يسر الله زواج جاء المال) "Harta itu urusannya tidak sulit. Apabila Allah mudahkan seseorang untuk menikah maka harta akan datang." telegram.me/berbagiilmuagama http://www.binbaz.org.sa/noor/3559 NIKAHKAN ANAKMU WALAUPUN DENGAN MAHAR SATU DIRHAM Asy Syeikh Bin Baaz rohimahullah: (الواجب على الآباء وعلى جميع الأولياء النظر في مصلحة البنات، والعناية بتزويجهن ولو بمهرٍ قليل ولو بدرهمٍ واحد، ولو بدرهمين المقصود عفتها, وسلامتها) Yang wajib bagi para orang tua dan para wali nikah untuk melihat kepada maslahat anak perempuannya. Dan hendaknya dia berusaha menikahkan anak anak mereka walaupun dengan mahar yang sedikit. Walaupun hanya dengan satu dirham atau dua dirham dalam rangka menjaga kehormatan mereka dan keselamatan mereka. telegram.me/berbagiilmuagama http://www.binbaz.org.sa/noor/3559 Baca :  NIKAH MUDA SIAPA TAKUT RENUNGAN BAGI ORANG-ORANG YANG TAKUT MISKIN Berkata syaikh Abdul Qodir Al Junaid حفظه اللّٰه : Jika kalian memiliki rasa takut maka janganlah takut dari kefaqiran, dan jika kalian berada dalam kecemasan maka janganlah cemas dari kefaqiran, dan janganlah kalian takut dan khawatir kecuali dari dunia yang akan dibentangkan terhadap kalian maka kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya dan semangat terhadapnya sehingga kalian binasa dengan sebab itu. Al Imam Al Bukhory dan Al Imam Muslim meriwayatkan hadits dalam Shohih keduanya dari Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم beliau bersabda kepada para sahabatnya : (( فأبشروا وأملوا ما يسركم، فوالله لا الفقر أخشى عليكم، ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم، فتنافسوها كما تنافسوها، وتهلككم كما أهلكتهم )). "Maka bergembiralah dan mengharaplah apa yang membuat kalian senang, demi Allah bukanlah kefaqiran yang aku takutkan atas kalian namun aku mengkhawatirkan atas kalian dibentangkannya dunia atas kalian sebagaimana dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian maka kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sehingga akan membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan orang-orang sebelum kalian". Dan ketahuilah bahwa kalian tidaklah lebih dicintai Allah daripada RosulNya صلى اللّٰه عليه وسلم dan kalian tidaklah lebih mulia dan lebih utama serta lebih besar kedudukannya di sisiNya daripada RosulNya, namun beliau dicabut rohnya yang mulia dalam keadaan beliau hidup dengan penghidupan yang sedikit. Al Imam Muslim meriwayatkan dalam ShohihNya dari 'Aisyah رضي اللّٰه عنها ia berkata : (( لقد مات رسول اللّٰه صلى اللّٰه عليه وسلم وما شبع من خبز وزيت في يوم واحد مرتين )). "Sungguh Rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم meninggal dunia dalam keadaan beliau tidaklah kenyang dari roti dan minyak dalam sehari dua kali". Dan telah tsabit dari 'Urwah Bin Zubair bahwa ia mendengar 'Aisyah رضي اللّٰه عنها berkata : (( كان يمر بنا هلال وهلال وما يوقد في بيت من بيوت رسول صلى اللّٰه عليه وسلم نار، قلت : يا خالة فعلى أي شيء كنتم تعيشون ؟ قلت : على الأسودين التمر والماء )). رواه الإمام أحمد وغيره. "Dua bulan melewati kami dalam keadaan tidak dinyalakan api di rumah Rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم, maka aku bertanya : Wahai bibiku, dengan apa kalian hidup ? beliau (Aisyah) menjawab : dengan memakan kurma dan air". Kemudian bahaya apakah yang akan dihadapi seseorang dan kesedihan apakah yang akan menimpanya ? seandainya ia hidup diantara manusia di dunia ini dalam keadaan faqir namun di sisi Allah di akhirat nanti ia mulia, bahagia, senang dan mendapatkan kenikmatan serta kemuliaan. Tidakkah membuatnya senang apa yang disabdakan oleh Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم : (( قمت على باب الجنة، فكان عامة من دخلها المساكين، وأصحاب الجد -أي : الغنى والوجاهة- محبوسون )). رواه الإمامان البخاري ومسلم في صحيحيهما. "Aku berdiri di pintu Jannah (Surga) ternyata keumuman orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin, adapun orang-orang kaya dan berkedudukan maka mereka tertahan". Tidakkah apa yang disabdakan oleh Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم berikut ini membuat hatinya tenang, dan memutus ketamakan jiwanya serta menghentikan pandangannya terhadap apa yang ada di tangan-tangan manusia yaitu sabda Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم : (( يدخل الفقراء الجنة قبل الأغنياء بخمس مائة عام )). "Orang-orang faqir masuk ke dalam Jannah (Surga) 5000 tahun sebelum orang-orang kaya". Sumber : Khutbah yang berjudul "Ilal Kho-ifina Minal Faqr" yang ditulis oleh syaikh  Abdul Qodir Al Junaid حفظه اللّٰه. http://telegram.me/aljounaid77 💎💎 خطبة مكتوبة بعنوان: "إلى الخائفين من الفقر". 📝 كتبها وألقاها: عبد القادر بن محمد بن عبد الرحمن الجنيد. 📌 الرابط: http://www.alakhdr.com/?p=449 telegram.me/dinulqoyyim http://www.ilmusyari.com/2016/11/renungan-bagi-orang-orang-yang-takut.html Foto : Rose Flower  | Sumber: Pixabay
8 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum meninggalkan amal karena takut riya

MENINGGALKAN AMAL KARENA TAKUT RIYA'? [Solusi dan Nasihat Salafus Shalih untuk Mengatasi Waswas Syaithon dalam Beramal Shalih] Al-Imam Ibnu Muflih al-Maqdisiy -rahimahullah- berkata: PASAL: TIDAK SELAYAKNYA MENINGGALKAN AMALAN YANG SYAR'I KARENA TAKUT RIYA "Termasuk hal yang terjadi pada insan ketika ia ingin melakukan ketaatan, sesuatu muncul pada dirinya yang membawanya untuk meninggalkan amalan karena khawatir terjatuh dalam bentuk riya'. Padahal yang sepatutnya adalah: ◾️ tidak berpaling kepada hal tersebut, ◾️ seorang insan hendaknya mengerjakan apa yang Allah 'azza wa Jalla perintah dan mendorong hamba kepadanya, ◾️ ia juga hendaknya isti'anah/ memohon perlindungan kepada Allah ◾️ dan bertawakkal kepada-Nya untuk melaksanakan amalan tersebut dalam bentuk yang disyariatkan. Dan sungguh Asy-Syaikh Muhyiddin an-Nawawiy rahimahullah berkata, "Tidak sepantasnya untuk ia meninggalkan dzikir dengan lisan disertai hatinya karena takut dianggap riya'. Bahkan ia berdzikir dengan keduanya secara keseluruhannya. Dan ia meniatkan dengannya wajah Allah 'Azza wa Jalla." Beliau menyebutkan ucapan Fudhail bin 'Iyaadh rahimahullah: إن ترك العمل لأجل الناس رياء، و العمل لأجل الناس شرك "Sesungguhnya meninggalkan amal karena manusia adalah riya' dan beramal karena manusia adalah syirik." Beliau -an-Nawawiy- berkata, "Sehingga jika seorang insan membuka untuknya pintu "perhatian manusia" dan "berjaga-jaga dari persangkaan mereka yang batil" NISCAYA tertutup atas orang tersebut pintu-pintu kebaikan yang banyak." Selesai perkataan beliau. Dan Abul Faraj Ibnul Jauziy -rahimahullah- berkata, "Adapun meninggalkan ketaatan sebab takut dari riya' maka: ✅ Jika yang mendorongnya atas ketaatan itu bukan karena diin maka yang selayaknya untuk ia meninggalkannya. Sebab amalan itu adalah maksiat. ✅ Sedangkan apabila pendorongnya untuk beramal adalah karena diin dan untuk Allah 'Azza wa Jalla -ikhlas- maka tidak sepatutnya untuk ia meninggalkan amalan. Sebab pemantik amalan adalah karena alasan diin. Demikian pula apabila ia meninggalkan amalan karena khawatir untuk dikatakan seorang yang riya' maka hal itu tidak pantas. Sebab hal tersebut merupakan bagian tipu daya syaithon." Ibrahim an-Nakha'iy -rahimahullah- berkata, "Apabila syaithon datang kepadamu dan kamu sedang shalat, lalu ia berkata, "Sesungguhnya kamu sedang berbuat riya'!" ...MAKA panjangkanlah shalatmu!" (yaitu lawan dan jangan ambil perduli, pent.) Adapun yang diriwayatkan dari sebagian salaf bahwa ia meninggalkan ibadah karena takut riya', hal tersebut dibawa kepada bahwa mereka merasakan dalam diri mereka suatu hal tazayyun (memperindah-indah amalan di hadapan manusia). Sehingga mereka pun memutusnya." Hal ini benar sebagaimana yang beliau katakan. Dan termasuk di dalamnya adalah perkataan al-A'masy, "Dahulu aku sedang bersama Ibrahim an-Nakha'iy dan beliau sedang membaca mushaf. Kemudian seseorang memohon izin(untuk bertemu beliau). Maka beliau menutup mushaf-nya lalu berkata, "Jangan sampai ia mengira bahwa aku membaca Al-Qur'an setiap saat"." Dan apabila ia tidak meninggalkan ibadah karena takut terjatuh kepada riya' (KETIKA melaksanakannya) maka yang LEBIH UTAMA lagi untuk ia tidak meninggalkannya karena takut 'ujub(terkagum-kagum) yang masuk (ke dalam dirinya) . SETELAH melaksanakan ibadah." 📖 Al-Adaabus Syar'iyyah, Ibnu Muflih, 1/ 343 344. ------------------------------------- #Terus berjuang ikhlas ketika beramal #Tidak tertipu syaithan dengan meninggalkan amalan dan menyebar ilmu #Tidak tekun menuntut ilmu, takut berbagi faidah, tidak menjawab apa yang ia ketahui, dan meninggalkan dakwah karena merasa tidak berilmu dan yang semisalnya adalah waswas dari syaithan # Perkataan seseorang berdasar ilmu dari Kitabullah dan Sunnah suatu yang sangat berat bagi syaithan sehingga ia dan pasukannya akan terus menyebar waswas kepada para penuntut ilmi dan da'i agar mereka diam dan meninggalkan dari mengucapkan, mengamalkan, dan menyebarkan ketaatan. و الله أعلم بالصواب. Alih Bahasa: Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany hafizhahullah https://t.me/ForumBerbagiFaidah [FBF] | www.alfawaaid.net
8 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

berikanlah nasihat (ilmu), meskipun mereka berilmu

Manusia Butuh Peringatan Meskipun Mereka Para Penuntut Ilmu Muhadharah Assyaikh Al 'allaamah Muhammad Ibnu Shalih al 'Utsaimin rahimahullah . Termasuk dari adab yang semestinya seorang penuntut ilmu (agama) berada diatasnya adalah bersemangat didalam menyebarkan ilmu pada setiap kesempatan, Ketahuilah wahai saudaraku bahwasanya Manusia membutuhkan ilmu. Jangan engkau katakan: "mereka memiliki 'ilmu". . Sesungguhnya manusia terkadang lalai, lupa, terkadang peringatan dari salah seorang dari mereka memberikan pengaruh dihati-hati mereka dari selainnya. Tidakkah engkau mengetahui bahwa orang-orang mukmin (para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam) semuanya membaca firman Allah: وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali ‘Imran: 144) Mereka semuanya membaca ayat ini bersamaan dengan itu (ketika)mereka dimasjid,  'Umar Radhiyallahu anhu mengatakan: "Sesungguhnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak meninggal sesungguhnya beliau akan sadar beliau akan menebas kaki dan tangan (orang-orang munafik yang mengatakan beliau meninggal) secara silang." Demikian yang beliau katakan. Apakah 'Umar tidak membaca ayat tersebut? Jawabannya adalah: bahkan beliau membacanya, semua manusia (para sahabat) telah membacanya, Sampai tibalah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu. Maka beliau naik mimbar, kemudian membaca ayat tersebut (diatas) , Maka mereka mengetahui bahwa (kematian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ) adalah haq (benar) seakan akan ayat tersebut tidaklah turun kecuali malam itu. Jika demikian wahai saudaraku, jangan engkau katakan: "orang-orang yang disekitar saya semuanya adalah penuntut ilmu, "tidak" (jangan) "Sebarkanlah ilmu" "Terkadang ada kelalaian" Terkadang engkau menjelaskan kepada mereka sesuatu yang tidak ada pada mereka (yang belum pernah mereka dapati), Dan ini adalah perkara yang diketahui, menyebarkan ilmu adalah kewajiban jika dibutuhkan dan manusia bertanya tentangnya, Adakalanya dengan lisan maqal, (ucapan) Adakalanya dengan lisan hal(keadaan) Maksud dari lisan maqal adalah : Seseorang datang kepadamu, bertanya kepadamu tentang suatu permasalahan  agama Allah. Adapun lisanulhal maksudnya adalah: Engkau melihat manusia menyelisihi pada suatu perkara dari perkara perkara agama, maka dalam keadaan seperti ini diperlukan untuk mengingatkan mereka tentang penyelisihan ini sehingga mereka istiqamah didalam agama Allah. Sumber: https://drive.google.com/file/d/0B5troNvTkWd3b1VXV2dra04ydjA/view?usp=drivesdk Alih bahasa: Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu 'umar غفر الله له ولوالديه Website: salafycurup.com telegram.me/salafycurup Library | Sumber gambar : Pixabay
8 tahun yang lalu
baca 3 menit