Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keseimbangan menggabungkan 2 hal (dunia dan akhirat)

KESEIMBANGAN-MENGGABUNGKAN 2 HAL Asy Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah berkata : "Bahwasanya seluruh kehidupan seorang muslim adalah baik jika disibukkan dengan ketaatan kepada Allah, lebih dikhususkan lagi pada hari-hari atau waktu-waktu yang Allah beri keutamaan di dalamnya agar bertambah perhatiannya dan bertambah kesungguhannya. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa sebagian besar manusia, berlalu umur-umur mereka, berlalu atas mereka hari-hari yang penuh keutamaan dan waktu-waktu yang penuh kemuliaan, ternyata mereka tidak bisa mengambil manfaat darinya, berlalu dari mereka dengan sia-sia. Kadang-kadang tidak cukup dengan hanya tidak bisa mengambil manfaat darinya, bahkan mereka menyibukkan diri kepada hal-hal yang haram, maksiat, kejelekan, terkhusus pada zaman ini, yang tersebar berbagai hal yang menyibukkan (melalaikan) dan permainan seperti . surat kabar, perkataan yang tidak ada gunanya, internet, pasar-pasar, perdagangan, pekerjaan di kantor, atau yang selainnya. Dan ini, walaupun adalah sesuatu yang diharapkan dari seorang muslim bahwa ia harus mencari rizqi, akan tetapi itu semua tidak boleh menyibukkannya dari memanfaatkan waktu ini, maka hendaknya digabungkan antara mencari rizqi dan memanfaatkan waktu ini. Allah jalla wa’ala tidak melarang kita untuk beramal duniawi sebatas apa yang kita butuhkan. Akan tetapi kita dilarang untuk lebih menyibukkan diri dalam urusan dunia daripada akhirat. Allah berfirman : ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻ ﺗُﻠْﻬِﻜُﻢْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﻻ ﺃَﻭْﻻﺩُﻛُﻢْ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮُﻭﻥ َ“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka mereka adalah orang-orang yang merugi.” [Al Munafiqun: 9] Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman : ﻓَﺎﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕَ ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﻩُ “Maka carilah rizqi di sisi Allah dan beribadahlah kepada-Nya.” [Al Ankabut: 17] Yaitu carilah rizqi dari Allah dan beribadahlah kepada-Nya. Maka janganlah tersibukkan dengan mencari rizki dengan meninggalkan ibadah, atau beribadah dengan meninggalkan mencari rizqi sehingga berakibat menelantarkan orang lain. Yang terbaik adalah dengan menggabungkan antara yang satu dengan yang lainnya. Allah berfirman : ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺇِﺫَﺍ ﻧُﻮﺩِﻱَ ﻟِﻠﺼَّﻼﺓِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓَﺎﺳْﻌَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺫَﺭُﻭﺍ ﺍﻟْﺒَﻴْﻊَ ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ* ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻴَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﺎﻧْﺘَﺸِﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥ َ“Wahai orang-orang yang beriman, jika dipanggil untuk shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah untuk berdzikir mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, dan yang seperti itu lebih baik jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat itu, maka menyebarlah di muka bumi guna mencari keutamaan dari Allah dan ingatlah Allah dengan banyak agar engkau beruntung.” [Al Jumu’ah: 9-10] Dan ketika Allah menyebutkan tentang masjid-masjid dan orang-orang memakmurkannya: ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻵﺻَﺎﻝِ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻻ ﺗُﻠْﻬِﻴﻬِﻢْ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﻭَﻻ ﺑَﻴْﻊٌ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻗَﺎﻡِ ﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓِ “Bertasbihlah bagiNya setiap pagi dan sore, seorang yang tidak terlalaikan oleh perdagangan ataupun jual-beli dari berdzikir kepada Allah, mengerjakan shalat dan menunaikan zakat.” [An Nur: 36-37] Sehingga seorang muslim hendaknya menggabungkan dua hal ini, antara mencari rizqi pada waktunya dan melaksanakan ibadah pada waktunya. Pada waktu tertentu ibadah itu bisa membantu dalam mencari rizqi. Allah berfirman: ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻ ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐ ُ “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rizqi dari jalan yang tidak disangka-sangka.” [Ath Thalaq: 2-3] ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻜَﺒِﻴﺮَﺓٌ ﺇِﻻ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺨَﺎﺷِﻌِﻴﻦ َ “Minta tolonglah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya shalat itu adalah suatu yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” [Al Baqarah: 45] ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦ َ “Wahai orang-orang yang beriman minta tolonglah dengan sabar dan shalat, karena sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.” [Al Baqarah: 153] ___________________ الشيخ صالح بن فوزان الفوزان حفظه الله : ﺃﻥ ﻛﻞ ﺣﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻓﻴﻬﺎ ﺧﻴﺮ ﺇﺫﺍ ﺍﺳﺘﻐﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻜﻦ ﺗﺨﺼﺺ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﻭﺍﻷﻭﻗﺎﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻀﻠﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻤﺰﻳﺪ ﺍﻫﺘﻤﺎﻡ، ﻭﻣﺰﻳﺪ ﺍﺟﺘﻬﺎﺩ، ﻭﻟﻜﻦ ﻣﻊ ﺍﻷﺳﻒ ﺃﻥ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﻋﻤﺎﺭﻫﻢ، ﻭﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ، ﻭﺍﻷﻭﻗﺎﺕ ﺍﻟﺸﺮﻳﻔﺔ، ﻭﻻ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪﻭﻥ ﻣﻨﻬﺎ، ﺗﺬﻫﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺳﺪﻯ، ﻭﻗﺪ ﻻ ﻳﻜﻔﻲ ﺇﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪﻭﻥ ﻣﻨﻬﺎ، ﺑﻞ ﻳﺴﺘﻐﻠﻮﻧﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻭﺍﻟﺴﻴﺌﺎﺕ، ﺧﺼﻮﺻﺎ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﺸﺖ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻮﺍﻏﻞ ﻭﺍﻟﻤﻠﻬﻴﺎﺕ ﻣﻦ ﻭﺳﺎﺋﻞ ﺍﻹﻋﻼﻡ، ﻭﺍﻟﺒﺚ ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻲ، ﻭﺍﻻﻧﺘﺮﻧﺖ، ﻭﺍﻷﺳﻮﺍﻕ، ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺠﺎﺭﺓ، ﺃﻭ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﻇﺎﺋﻒ، ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ، ﻭ ﻫﺬﺍ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻧﻪ ﻣﻄﻠﻮﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺍﻧﻪ ﻳﻄﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ، ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﺸﻐﻠﻪ ﺫﻟﻚ ﻋﻦ ﺍﻏﺘﻨﺎﻡ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﻮﺍﺳﻢ، ﻓﻴﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻏﺘﻨﺎﻡ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﻮﺍﺳﻢ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺟﻼ ﻭﻋﻼ ﻟﻢ ﻳﻤﻨﻌﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ ﻣﺎ ﻧﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ، ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻧﻬﺎﻧﺎ ﺃﻥ ﻧﻨﺸﻐﻞ ﺑﺎﻟﺪﻧﻴﺎ ﻋﻦ ﺍﻵﺧﺮﺓ: ‏ ( ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻ ﺗُﻠْﻬِﻜُﻢْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻟُﻜُﻢْ ﻭَﻻ ﺃَﻭْﻻﺩُﻛُﻢْ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮُﻭﻥَ ‏)، ﻗﺎﻝ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ : ‏( ﻓَﺎﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕَ ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﻩُ‏) ، ﺍﺑﺘﻐﻮﺍ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻭﺍﻋﺒﺪﻭﻩ، ﻓﻼ ﺗﻨﺴﺎﻕ ﻣﻊ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻭﺗﺘﺮﻙ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ، ﺃﻭ ﺗﻨﺴﺎﻕ ﻣﻊ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻭﺗﺘﺮﻙ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻓﺘﻜﻮﻥ ﻋﺎﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻙ، ﺑﻞ ﺍﺟﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﻫﺬﺍ، ﻭﻫﺬﺍ : ‏(ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺇِﺫَﺍ ﻧُﻮﺩِﻱَ ﻟِﻠﺼَّﻼﺓِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓَﺎﺳْﻌَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺫَﺭُﻭﺍ ﺍﻟْﺒَﻴْﻊَ ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ * ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻴَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﺎﻧْﺘَﺸِﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ‏)، ﻭﻟﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻗﺎﻝ : ‏(ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻵﺻَﺎﻝِ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻻ ﺗُﻠْﻬِﻴﻬِﻢْ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﻭَﻻ ﺑَﻴْﻊٌ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻗَﺎﻡِ ﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓِ ‏)، ﻓﺎﻟﻤﺴﻠﻢ ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻷﻣﺮﻳﻦ ﺑﻴﻦ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ ﻓﻲ ﻭﻗﺘﻪ، ﻭﺃﺩﺍﺀ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﻭﻗﺘﻬﺎ، ﻓﻲ ﺣﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺗﻌﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ : ‏( ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻ ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ ‏)، ‏(ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻜَﺒِﻴﺮَﺓٌ ﺇِﻻ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺨَﺎﺷِﻌِﻴﻦَ ‏)، ‏( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ ‏)، http://www.alfawzan.af.org.sa/node/13540 ▪▪▪▪▪▪ www.ittibaus-sunnah.net أصحاب السنة ASHHABUS SUNNAH
10 tahun yang lalu
baca 6 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hari ini, aku menyakiti

Hari ini, sudah berapa orang yang saya sakiti. Ah, mengapa terlalu jauh sampai sehari! Satu jam yang lalu, beberapa saat yang lalu, berapa orang yang telah saya bicarakan di hadapan orang lain? Toh, kalaupun itu benar, tetap saja termasuk ghibah yang haram. Barangkali ia tidak mau dibicarakan. Barangkali ia tersinggung dengan ucapan kita. Barangkali itu adalah sebuah aib yang ia merasa malu ada pihak ketiga yang tahu? “Wahai Rasulullah, apakah kita diazab karena apa yang kita ucapkan?” Muadz bin Jabal bertanya. Maka Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini wahai Muadz, bukankah seorang tertelungkup dalam neraka di atas wajahnya tidak lain karena sebab lisannya?” [H.R. At Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash Shahihah]. Ini baru satu orang, dalam tempo beberapa saat yang lalu. Hari ini, kemarin, lusa, dan seterusnya, tak terhitung berapa puluh atau ratus korban lisan ini. Akankah korban-korban terus bertambah? Padahal, pemilik lisan inilah korban yang sesungguhnya. Pemilik lisan itulah yang akan berat mempertanggungjawabkannya. Tidakkah melihat, mereka yang mau bicara saja terbata-bata, atau yang bisu tanpa ada kata-kata? Lihatlah, sungguh nikmat lisan ini sangat besar. Atau hampir tidak ternilai dengan dunia seisinya. Dalam kenyataan seperti itu, justru lisan ke sana ke mari menjatuhkan martabat orang lain. Jangan heran, banyak orang binasa karena lisan! Memang, menjaga lisan butuh perjuangan dan kesabaran. Bukan sehari dua hari, bukan setahun dua tahun, bahkan butuh waktu yang panjang untuk mampu mengekangnya. Malik bin Dinar pernah mengatakan, “Sabar adalah diam, dan diam adalah bagian dari kesabaran. Tidaklah orang yang bicara lebih baik dari pada orang yang diam, kecuali orang yang paham saat diam dan mengerti kapan harus bicara.” [dalam kitab Hilyatul Auliya’, karya Abu Nu’aim ]. Nampaknya kita sangat butuh untuk meminta pertolongan kepada Allah agar mampu menjaga lisan, dan lebih dari itu mensyukurinya. [farhan]. Sumber : Majalah Tashfiyah
10 tahun yang lalu
baca 2 menit