Aqidah

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tauhid, rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat

Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya’nuhu. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsippun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, . ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20). مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16). Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman,   فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63). Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya. Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman,  وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyaat: 56).  Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah “yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.” Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridhai ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,  “Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu Hurairoh). Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman,  لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al Hadiid: 25). Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman,  ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82).  Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat.” Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ "Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nuur: 55). Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh). Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar). Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal RA ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas RA). Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin. (Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Buletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. https://salafy.or.id/tauhid-rahasia-kebahagiaan-dunia-dan-akhirat/
3 tahun yang lalu
baca 7 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin

bersabarlah terhadap pemerintah

3 tahun yang lalu
baca 1 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

syarah arbain an nawawi hadits ke-4 : takdir sudah tertulis

BELAJAR HADITS ARBAʼIN NAWAWIYYAH (BAG. 4) 📚 Serial: Hadits 4 || Sudah Tertulis عنْ أبي عبدِ الرَّحمنِ عبدِ اللهِ بنِ مسعودٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ: . إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثمَّ يُرْسَلُ إلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فيهِ الرُّوحَ، وَيُؤمَرُ بأرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أوْ سَعِيدٌ. فَوَاللَّهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.  رواه البخاريُّ ومسلمٌ. Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah ﷺ telah menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya,  “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari berupa setetes mani, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia.  Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu ketetapan takdir terjadi padanya; ia melakukan perbuatan penduduk neraka, lalu ia memasukinya.  Dan sungguh, juga ada di antara kalian yang beramal dengan amal penduduk neraka, hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu ketetapan takdir terjadi padanya, ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya.” H.R. Al-Bukhari [3208] dan Muslim [2643]. _________ Petikan Hikmah dalam Hadits 1. Manusia tidak layak untuk sombong.  Berawal dari setetes mani yang hina. Dan tidak akan berubah menjadi apa pun jika Allah tidak menciptakannya. Lalu kenapa angkuh dan berpaling dari perintah-Nya!  Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi al-Madani rahimahullah berkata,  “Orang yang berakal harusnya sering mengingat asal mulanya; tentang proses dirinya diciptakan dengan melewati beberapa tahap.  Hal ini membuat hamba sadar; bahwa ia lemah, hina, dan sangat perlu kepada Dzat yang menciptakan dirinya.  Ia akan ingat betapa agung Penciptanya, perhatian-Nya, lalu tergerak menjalankan kewajiban bersyukur kepada Sang Pencipta.” (Tuhfatul Muhibbin, hlm. 58) 2. Anjuran berbakti kepada orang tua, terlebih ibu.  Setiap tahapan awal hidup kita yang disebutkan dalam hadits: setetes mani, lalu segumpal darah, hingga akhirnya berbentuk manusia sempurna dan ditiupkan ruh; semuanya terjadi di rahim ibu. [Taʼliqat Tarbawiyah].  Sebelum kita dapat “merasakan” perhatian dan kehangatan sentuhan ibu, beliau telah menjadi tempat berlindung pertama kita hingga terus tumbuh. Sampai waktunya siap keluar ke dunia. Untuk lupa atau meremehkan bagian penting ini, jelas tidak selayaknya .  3. Membuat sadar dan takut dengan suʼul khatimah: meninggal dengan masih berselimut dosa. Karena tidak ada manusia yang tahu -termasuk kita- amalan dan keadaan apa yang menjadi penutup akhir usia kita.  Padahal keadaan terakhir adalah penentu.  “... sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu ketetapan takdir terjadi padanya; ia melakukan perbuatan penduduk neraka, lalu ia pun memasukinya.” Sebagian ulama salaf berkata,  “Yang paling membuat air mata bercucuran adalah mengingat yang telah diputuskan dalam catatan takdir.” Sufyan ats-Tsauri paling sedih jika mengingat dua hal: yang awal (ketetapan takdir) dan yang akhir (penutup amalan).  Beliau sering menangis sambil berkata, “Aku betul-betul takut jika dalam catatan takdir tertulis sebagai orang yang celaka.”  Dengan air mata yang mengalir, beliau juga berkata, “Aku sungguh takut jika iman dicabut dari hatiku saat berpisah dengan dunia.” [Jamiʼul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 181].  Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi berkata, “Akhir kehidupan yang masih misteri untuk setiap orang membuatnya tidak merasa aman dengan amalan baiknya, menjadikan kaum yang shalih hidup dengan rasa takut dan khawatir hingga datang kematian.” (Tuhfatul Muhibbin, hlm. 60) 4. Jadilah peka dan perasa dengan tanda-tanda bahaya.  Kadang, ada penyakit hati yang rasanya kita bersih darinya. Tapi sikap atau ucapan kita seolah berkata bahwa penyakit itu ada. Mungkin itu dendam. Mungkin riyaʼ. Mungkin dengki. Mungkin gampang berburuk sangka. Atau apa saja.  Jika ada tanda-tandanya, segera perbaiki hati kita dengan terus memperdalam ilmu agama, mudah-mudahan bertemu dengan obat dan solusinya.  Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah mengingatkan, “Kebusukan-kebusukan yang tersembunyi adalah sebab terjadinya suʼul khatimah.” (Jamiʼul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 181)  5. Membiasakan diri dengan amal kebaikan. Semoga amal baik itu melekat sampai akhir.  Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi berkata,  غالب الناس يموتون على ما يعيشون.  “Seringnya, manusia meninggal di atas kebiasaannya.” (Tuhfatul Muhibbin, hlm. 60) ‎✍ -- Hari Ahadi @ Kota Raja _____________________________________________ Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala. https://t.me/nasehatetam 
3 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

syarah arbain an nawawi hadits ke-3 : rukun islam

Serial: Hadits 3 || Lima Amalan Besar dalam Islam عَنْ أَبِي عبدِ الرَّحمنِ عَبدِ اللَّهِ بنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقامِ الصَّلاَةِ، وإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ} . رواه البخاريُّ ومسلمٌ. Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Islam dibangun di atas lima amalan: syahadat laa ilaaha illallaah dan muhammadur rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.”  H.R. Al-Bukhari [8] dan Muslim [16]. _________ Petikan Hikmah dalam Hadits 1. Orang yang sengaja meninggalkan salah satu rukun Islam berada dalam bahaya besar. Karena rukun Islam ialah pondasi Islam seseorang.  2. Rukun Islam adalah ujian untuk mengukur tingkat keislaman (ketundukan) hamba kepada Allah.  Apakah sudah tunduk sepenuhnya kepada Allah atau belum?!  Karena itu, lima rukun Islam ini adalah amalan yang jenisnya berbeda-beda.  Ada orang yang ringan berpuasa, tapi berat untuk shalat. Ada yang mudah berzakat, tapi susah untuk berpuasa. Ada yang mudah dalam mengerjakan shalat, tapi malas berzakat. [Lihat: Syarah al-‘Utsaimin, hlm. 96-98]. Yang kualitas Islam-nya baik dan hatinya sungguh-sungguh tunduk kepada Allah, maka ringan dalam melaksanakan seluruh rukun ini.  3. Shalat adalah ibadah agung. Rukun kedua setelah kalimat syahadat.  Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata,  “Urusan shalat ini besar. Orang yang di hatinya ada keislaman tidak akan menganggap sepele shalat.” (Al-Minhah ar-Rabbaniyyah, hlm. 91) 4. Pelaksanaan shalat tidak sekedarnya. Bukan yang penting shalat.  Tidak aneh jika setiap ayat atau hadits tentang perintah shalat selalu dengan lafazh “tegakkanlah shalat”.  Arti menegakkan shalat: shalat dengan rukun yang sempurna, kewajiban yang lengkap, disertai sunnah-sunnahnya. Shalat yang bersih dari pembatal-pembatalnya dan amalan makruh di dalamnya. [Tuhfatul Muhibbin, hlm. 44]. Hal ini sekaligus bimbingan untuk belajar agama. Karena penegakan shalat baru terlaksana bila seseorang telah memahami ilmunya.  ‎✍️ -- Hari Ahadi @ Kota Raja Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala. https://t.me/nasehatetam 
3 tahun yang lalu
baca 2 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin