Adab & Akhlak

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

andai-andai padahal andai-andai

Andai-Andai Padahal Andai-Andai Al Hasan al Bashri berpesan . " Janganlah engkau berandai-andai memiliki harta seperti milik si fulan atau si fulan. Karena engkau tidak mengerti, bisa jadi kehancurannya dikarenakan hartanya itu!? " ( Tafsir ath Thabari, no.9243 ) Dunia ini memang menggoda. Sejuta rayuan syahwat ada. Bagai lingkaran yang tak berujung karena terus bersambung. Manusia banyak menjadi korbannya. Melihat si A, andai aku seperti dia. Mendengar tentang si B, lalu berandai bisa sepertinya. Ada si C dengan kemilau dunia, ia andai-andai sama dengan si C. Harta, harta, dan harta. Pangkat, pangkat, dan pangkat. Rumah megah, mobil mewah, berpetak-petak sawah. Sehamparan tanah.  Ah, manusia memang tak berhenti berkhayal untuk terus menambah dan menambah. Berhenti setelah ditanam dalam tanah. Al Hasan al Bashri mengingatkan untuk tidak terlena. Jangan terbuai! Jangan berandai-andai seperti mereka yang engkau anggap hebat, engkau anggap sukses, dan engkau anggap berhasil. Bisa jadi mereka hancur disebabkan yang mereka punya! Sudah banyak rumah tangga yang hancur karena harta. Sudah banyak keluarga berantakan karena harta. Sudah banyak nama baik dan kehormatan terhempas hilang, juga karena harta. Bahkan banyak yang depresi juga bunuh diri karena harta. Banyak persahabatan yang rusak dan pertemanan yang putus dikarenakan harta. Lalu, masihkah berandai-andai menjadi the sultan? Menjadi the crazy rich? Menjadi milyarder? Padahal, mereka tak bahagia. Allah berfirman dalam surat an Nisa 32 ; وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ "Dan janganlah kamu berandai-andai terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain" Masjid Alya, 02 Rajab 1443 H/ 02 Februari 2022 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 2 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin

yatim

3 tahun yang lalu
baca 1 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

teduh dan sejuk dalam berdagang

Teduh dan Sejuk Dalam Berdagang Kadang saya merasa heran, sebab pernah jadi korban. Heran, seperti apa dasar berpikirnya? . Pendek. Sempit. Dan terlalu picik. Ini tentang trik menjual barang. Tertulis besar Rp 18.000 di warung buah. Saya pikir per kilogram nya. Rupanya ada tulisan lebih kecil di sudut bawah, " 1/2 kg ". Jelas kecewa! Penjual memang merasa tidak berbohong. Itu bukan dusta, katanya. Namun, apapun alasannya, tetap saja calon pembeli merasa ditipu. Sederhana saja ; kenapa tulisan "1/2 kg" itu tidak ditulis sama besar dengan "Rp 18.000"? Trik-trik "menipu" dalam dunia jual beli sangat beragam.  Ada yang menulis harga seakan murah. Setelah dihadapkan dengan barangnya, si penjual mengatakan, " Oh, yang harga 15.000 yang ini. Kalau yang itu, 25.000". Ada yang menawarkan berbagai fasilitas dan hadiah. Tapi, ada tanda bintang kecil dengan keterangan ; syarat dan ketentuan berlaku. Sifatnya promosinya bombastis! Wah dan mewah! Besar-besaran. Pasang iklan di sana-sini. Buat poster dengan banyak versi. Media sosial dikerahkan. Pasang status berulang tidak bosan. Adalagi yang keluar dana besar hanya untuk endorse dari figur yang banyak followernya. Seseorang yang popularitasnya tinggi diajak untuk ikut promosi. Pokoknya besar-besaran! Padahal semua itu akan percuma. Bisa dibilang sia-sia. Sebab, pelaku pasar sudah pintar. Zaman sekarang banyak orang punya kemampuan memilah-milih. Apalagi produknya memang jelek. Kualitasnya buruk. Lebih-lebih lagi pemilik usaha terlanjur dikenal tidak jujur. Sudah diketahui curang.  Maka, kalaupun sempat booming. Sempat viral. Hah, dalam hitungan waktu yang pendek, usaha itu akan tutup. Bangkrut. Ditinggal pembeli. Akhirnya dia akan gigit jari merenungi rugi. Itu fakta! Itu realita! Mengenai hal ini, kita diingatkan dengan sabda Nabi Muhammad  ﷺ ; فإنْ صَدَقا وبَيَّنا بُورِكَ لهما في بَيْعِهِما، وإنْ كَتَما وكَذَبا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِما " Jika keduanya (penjual dan pembeli) jujur dan sama saling terbuka, jual beli mereka pasti diberkahi. Sebaliknya, jika keduanya menutup-nutupi dan berbohong, barakah jual beli mereka pasti dicabut"  HR Bukhari 2079 Muslim 1532 dari sahabat Hakim bin Hizam. Kejujuran adalah modal penting, bahkan modal terbesar.  Seorang pelaku usaha yang jujur, akan survival. Ia akan bertahan. Walau ia tak jor-joran beriklan. Meskipun ia tak menguasai sistem online atau market shop.  Jangankan menguasai pasaran, berambisi untuk menumpuk laba pun tidak. Baginya yang penting adalah berkah walaupun kecil. Meskipun terpencil. Di dalam hadis lain, Nabi Muhammad ﷺ bersabda ;  إنَّ التُّجارَ هم الفُجَّارُ فقال رجلٌ يا رسولَ اللهِ أليس قد أحلَّ اللهُ البيعَ قال بلى ولكنهم يحدِّثون فيَكذِبون ويحلِفون فيأثَمون " Sungguh!  Para pedagang banyak yang berbuat curang" . Ada yang bertanya, " Bukankah Allah Ta'ala menghalalkan jual beli, wahai Rasulullah? " Nabi Muhammad ﷺ menjawab, " Benar! Namun, banyak pedagang berbicara tapi dusta, banyak sumpah namun berdosa" HR  Ahmad 3/428 dari sahabat Abdurrahman bin Syibl. Lihat As Sahihah karya al Albani (366) Persoalannya adalah pelaku pasar jika kecentok (dibuat kecewa), jangan salahkan dia jika tidak mau lagi kembali. Sebab, kecurangan adalah hal paling tabu dan paling dibenci pelaku pasar. Sekali tersemat curang, susah untuk dihilangkan.  Walau dibuat baliho besar-besar dan diberi keterangan, " Toko ini sudah berganti pemilik dan manajemen". Tetap saja trauma susah dihapuskan.  Maka, jangan sekali-kali curang dalam berdagang! Jujur dan terbuka saja. Lendah, 29 Jumadal Ula 1443 H/ 03 Januari 2021 t.me/anakmudadansalaf
3 tahun yang lalu
baca 3 menit

Tag Terkait