Salafy Temanggung
Salafy Temanggung oleh Abu Nabil Al-Hasan

khutbah jumat: wafatnya para ulama, padamnya lentera umat

16 jam yang lalu
baca 6 menit
Khutbah Jumat: Wafatnya Para Ulama, Padamnya Lentera Umat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ… فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…

Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Baik di kala susah terlebih bahagia, agar hidup kita di dunia dan akhirat senantiasa berada dalam naungan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah…

Hampir setiap hari telinga kita mendengar berita, tentang jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia. Namun ada satu kematian yang meninggalkan luka, yang membuat hati kaum beriman berduka. Itulah wafatnya para ulama, para pewaris nabi yang mulia.

Kepergian mereka bukanlah sekadar wafatnya satu pribadi, namun pertanda musibah besar bagi umat islam ini. Karena wafatnya ulama adalah pertanda tercabutnya ilmu dari bumi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita akan hal ini, dalam sabdanya

إِنَّ الله لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara merenggutnya begitu saja dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa lagi seorang alim pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Hadirin, renungkanlah hadits ini dengan seksama, betapa menakutkan gambaran yang disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ilmu tercabut seiring wafatnya para ulama.

Akhirnya yang tersisa adalah orang-orang bodoh. Mereka berfatwa tanpa ilmu dan membuat umat tersesat, mereka sesat dan menyeret yang lain ke jurang kesesatan.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…

Siapakah ulama itu hingga kepergiannya menjadi bencana? Allah Ta’ala mengangkat derajat mereka begitu tinggi dan istimewa.

Allah berfirman dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Mereka adalah pewaris para nabi yang paling berharga, yang diwariskan bukanlah dinar ataupun harta, melainkan ilmu yang menjadi cahaya bagi semesta.

Para ulama laksana bintang di langit yang gelap gulita, menjadi petunjuk bagi musafir yang kehilangan arah. Dengan ilmunya kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana tauhid dan mana syirik yang tercela, dan mana sunnah dan mana bid’ah.

Kini, mari kita bertanya pada diri kita semua:

Ketika mereka masih hidup di antara kita, sudahkah kita memuliakan dan mengambil ilmu dari mereka? Ataukah justru kita abaikan, bahkan lisan kita justru sibuk mencela dan mencari aibnya?

Ketika berita wafatnya sampai ke telinga kita, apakah hanya kesedihan sesaat yang kita rasa? Ataukah ia menjadi cambuk untuk lebih giat belajar agama?

Al-Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata, tentang wafatnya ulama yang meninggalkan luka:

مَوْتُ الْعَالِمِ ثُلْمَةٌ فِي الْإِسْلَامِ لَا يَسُدُّهَا شَيْءٌ مَا اخْتَلَفَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ

Artinya: “Meninggalnya seorang alim adalah sebuah lubang (kerusakan) dalam Islam yang tidak dapat ditambal oleh apapun selama malam dan siang silih berganti.” (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Sunan-nya, no. 333)

Bayangkan, sebuah lubang yang takkan pernah tertutup selamanya! Setiap seorang alim wafat, benteng Islam semakin terbuka.

Hadirin yang dimuliakan Allah…

Maka, duka kita harus menjadi bermakna, menjadi pelecut semangat kita, duka yang mengubah kita menjadi hamba yang lebih mulia.

Lalu doakanlah mereka yang telah tiada, agar Allah Ta’ala ampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya.

Jangan lupa pula muliakanlah mereka yang masih ada dan jangan pernah mencelanya. Hidupkanlah warisan mereka yang berharga, amalkan ilmunya dalam kehidupan kita.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…

Melanjutkan khutbah yang pertama, pada hari Rabu, 14 Muharram yang lalu, umat ini kembali dirundung pilu. Seorang alim besar telah wafat meninggalkan kita yaitu Asy-Syaikh Al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali rahimahullahu.

Bagi penuntut ilmu, nama beliau tidaklah asing, laksana gunung yang kokoh dan tak pernah goyah. Hidupnya didedikasikan untuk membela sunnah, dan membantah syubhat dari para ahlul bid’ah.

Para ulama kibar pun mengakui keilmuannya yang dalam, seperti Imam Al-Albani yang memberinya julukan: “Pembawa bendera Al-Jarh wa At-Ta’dil di zaman ini” sebuah penghormatan yang istimewa. Imam Ibnu Baz dan Imam Ibnu ‘Utsaimin pun memujinya sebagai rujukan bagi umat Islam.

Kepergiannya adalah kehilangan yang teramat berat, sebuah ujian bagi kita yang masih hidup. Wahai saudaraku di manapun berada, mari kita merenung sejenak dengan hati terbuka:

Apakah dengan wafatnya beliau, semangat kita akan ikut pudar?

Apakah dengan perginya beliau, kita akan tercerai-berai dan buyar?

Ingatlah, kebenaran tidak terikat pada satu insan, namun kebenaran bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman shahabat sebagai pedoman. Para ulama adalah penunjuk jalan kebenaran, jika satu telah tiada, jalan itu takkan terlupakan.

Maka, cara terbaik mencintainya bukanlah dengan fanatisme buta, tetapi dengan memegang teguh warisannya yang mulia.

Doakan beliau agar Allah Ta’ala ampuni dosanya dan mengangkat derajatnya di surga.

Pegang teguh manhaj Salaf yang murni dan nyata, teruslah belajar dan jauhilah perpecahan yang tercela.

Kepergiannya adalah pengingat bahwa kita semua akan sirna, yang tersisa hanyalah amalan yang telah kita jaga.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ. اللَّهُمَّ أَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Oleh:
Abu Nabil Al-Hasan